Perempuan Indonesia Belum “Merdeka” Sepenuhnya

0
126
Peringatan Hari Perempuan Internasional 2020 di Indonesia (Foto : Istimewa dari berbagai sumber)

Jakarta, JATIMMEDIA.COM – Masih jauhnya perempuan dari kata “mandiri” merupakan salah satu hal penting yang menjadi dasar dari keadaan perempuan di Indonesia yang sepertinya masih berada di bawah standard hidup bermasyarakat dan kesetaraan gender.

Hal ini bisa terlihat dari kenyataan bahwa dalam kehidupan sosial di Indonesia, masih banyak perempuan yang percaya bahwa seorang suami dibenarkan untuk memukuli istrinya dalam keadaan tertentu.

Tercatat pada tahun 2019, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan sebesar 431.471 kasus, meningkat 6% dari tahun sebelumnya. Dan dari data tersebut, KDRT menjadi yang paling menonjol, disusul dengan kekerasan terhadap perempuan di ranah komunitas/publik. Selain itu, kekerasan terhadap anak perempuan juga mengalami peningkatan 16% pada tahun 2019.

Sementara dari data lain, terlihat bahwa 10% perempuan Indonesia tidak memiliki keterlibatan dalam pengambilan keputusan rumah tangga, seperti perawatan kesehatan, pengeluaran, serta kunjungan keluarga atau kerabat.

Peringatan Hari Perempuan Internasional 2020 di Indonesia (Foto : Istimewa dari berbagai sumber)

Begitu juga dengan permasalahan kesehatan reproduksi, tercatat bahwa dari 4,8 juta kelahiran di Indonesia setiap tahunnya, hanya 52% bayi di bawah umur 6 bulan yang menerima ASI Eksklusif. Dan ketika ditanya mengenai salah satu kendala yang menyebabkan Ibu berhenti menyusui, rata-rata mereka menyebutkan karena faktor stress dan tidak mendapatkan dukungan sosial yang cukup.

Data lain juga menyebutkan, 300 ibu meninggal setiap minggunya karena persoalan kehamilan maupun pada saat melahirkan. Begitu juga 7% perempuan usia muda umur 15-19 tahun sudah menjadi ibu. Bahkan 5% dari perempuan tersebut, sudah melahirkan, serta 2% lainnya sedang mengandung anak pertama.

Selain berbagai persoalan tersebut, menurut Ade Maharani, selaku Head of Marketing DKT Indonesia dan Andalan, saat ini masih terdapat berbagai tantangan serta isu yang dihadapi perempuan Indonesia, terutama dalam bidang kesehatan reproduksi serta pemberdayaan. Dan hal ini membuat perempuan Indonesia masih belum benar-benar “merdeka” atas kesehatan reproduksi maupun “berdaya” atas perannya dalam mengambil keputusan di berbagai bidang.

“Hal ini disebabkan karena adanya berbagai tekanan sosial, maupun akses terhadap pelayanan kesehatan bagi perempuan yang juga belum merata, sehingga masih banyak perempuan terutama yang berada di daerah, belum mendapatkan akses layanan kesehatan yang memadai,” terang Ade maharani.

Untuk itu, lanjut Ade Maharani, melalui momentum Hari Perempuan Internasional kali ini, pihaknya ingin mengajak perempuan Indonesia menjadi Perempuan Andalan yang cerdas menjalankan perannya sebagai seorang perempuan seutuhnya, tanpa merasa insecure dan harus percaya diri dengan kemampuannya, serta tanpa takut dengan pendapat orang lain.

Peringatan Hari Perempuan Internasional 2020 di Indonesia (Foto : Istimewa dari berbagai sumber)

“Kami mengajak perempuan untuk mengerti akan hak-hak kesehatan reproduksinya dan bebas menentukan pilihan terhadap tubuhnya, serta menjadi sahabat dan inspirasi bagi perempuan lainnya yang mendukung satu sama lain tanpa menghakimi,” terangnya.

Ade Maharani juga menambahkan, saat ini, Ibu Rumah Tangga masih menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap infeksi HIV, dan rata-rata dari mereka baru tersadar status HIV-nya pada saat sudah terkena AIDS. Dan mayoritas dari perempuan tersebut tertular dari suami.

“Ditambah lagi, terdapat 11% perempuan Indonesia yang belum terpenuhi kebutuhannya dalam berkontrasepsi. Selain dikarenakan kesulitan akses terhadap kontrasepsi, juga tak jarang karena suami justru menjadi penghalang perempuan berkontrasepsi,” tambah Ade Maharani.

Selain itu, jumlah pelayanan kesehatan bagi perempuan seperti Puskesmas dan juga Bidan di Indonesia juga belum merata sepenuhnya. Tercatat, dari total 9.993 Puskesmas yang ada di Indonesia, 29,2% nya berada di pulau Jawa.

“Ini menyebabkan rasio Puskesmas di setiap daerah sangat berbeda. Semisal di Jakarta memiliki rasio 7,3.Puskesmas Namun di Papua (rasio terendah) hanya memiliki 0,7 Puskesmas di setiap kecamatan,” lanjutnya.

Sedangkan untuk Bidan yang merupakan tonggak pelayanan kesehatan Ibu dan anak, dari 146.734 bidan, hanya ada 40 ribu yang memiliki praktek, dengan penyebarannya yang juga tidak merata.

“Bidan di Banten misalnya, memiliki rasio 1:42. Sedangkan daerah-daerah lain memiliki konsentrasi bidan yang sangat rendah, misalnya Bengkulu rasio 1:198 dan Aceh, 1: 232. Rasio terendah ada di provinsi Bangka Belitung 1 bidan untuk melayani 756 pasien,” tambah Ade Maharani.

Karena itu, dalam memperingati Hari Perempuan Sedunia tahun 2020, Andalan sebagai brand kesehatan reproduksi di Indonesia, menggelar acara bertajuk “Perempuan Indonesia, Perempuan Andalan”, sebagai sebuah bentuk inspirasi dan motivasi terhadap perempuan Indonesia untuk meningkatkan rasa percaya diri, berani mengambil peran dalam peningkatan kesehatan reproduksi, serta menjadi sahabat perempuan lainnya untuk menginspirasi dalam hak kesehatan reproduksi dan mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari.

Menjadi Perempuan Andalan tentu bukanlah hal yang mudah. Perempuan Indonesia seringkali mendapatkan tekanan dari lingkungannya, bahkan dalam situasi terkecil misalnya menentukan kapan ingin menikah, memiliki anak, memiliki berapa banyak anak, penentuan gizi dan edukasi anak, serta hal-hal lainnya.

“Untuk itu, sudah saatnya kita sebagai perempuan saling memberikan dukungan, menjadi sahabat serta penyemangat satu sama lain, tidak menjatuhkan serta menerima adanya perbedaan sudut pandang. Dan Perempuan Andalan, harus bisa menjadi sosok yang kuat, mencintai dan menghargai dirinya sendiri, serta menginspirasi dan menjadi sahabat bagi perempuan lainnya,” terang Psikolog Analisa Widyaningrum, yang juga hadir di acara Perempuan Indonesia, Perempuan Andalan .

Dalam rangkaian kegiatan ini, selain juga menghadirkan talkshow inspiratif dengan tema seputar hak kesehatan reproduksi serta pemberdayaan perempuan, juga dimeriahkan oleh pagelaran fashion show bersama model dari berbagai komunitas perempuan yang inspiratif, serta Cooking Demo masakan sehat untuk mencegah anemia bersama Chef Edwin Lau.

“Acara ini juga sekaligus menjadi momentum Andalan untuk merayakan 20 tahun berada di Indonesia. Andalan merupakan brand kesehatan reproduksi yang telah dipercaya oleh perempuan Indonesia untuk menjaga kesehatan reproduksi dari kini hingga nanti.

“Setiap tahunnya, kami berhasil membantu 8,5 juta pasangan dalam proses perencanaan keluarga, serta mencegah 5.000 kematian bayi dan 1.100 kematian ibu di Indonesia,” ujar Ade Maharani.

Gubernur Khofifah Dorong Perempuan Terus Maju dan Berkontribusi untuk Negeri

Gubernur Khofifah Dorong Perempuan Terus Maju dan Berkontribusi untuk Negeri

Bersamaan dengan peringatan Hari Perempuan Internasional atau International Woman’s Day yang diperingati setiap tanggal 8 Maret ini, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mendorong agar perempuan terus termotivasi untuk maju dan memberikan kontribusi bagi bangsa dan negaranya.

“Tenaga kerja perempuan Indonesia tercatat terus mendominasi di bidang ekonomi kreatif. Sejak tahun 2011 hingga 2016, proporsi tenaga kerja perempuan terus mendominasi dibandingkan tenaga kerja laki-laki di bidang industri ekonomi kreatif,” kata Khofifah.

Nilai kontribusi perempuan di dunia ekonomi kreatif di tahun 2011 mencapai Rp 581,54 trilliun. Hingga di tahun 2017 kontribusi perempuan di dunia ekonomi kreatif Indonesia mencapai Rp 1.000 trilliun.

“Hal ini menunjukkan bahwa perempuan cukup merajai bidang ekonomi kreatif di Indonesia,” tambahnya.

Begitu juga partisipasi perempuan di bidang Science (Sains), Technology (Teknologi), Engineering (Teknik) and Mathematics  atau yang dikenal  dengan STEM. Dimana berdasarkan data dari Unesco, partisipasi perempuan di berbagai universitas di Indonesia yang mengambil bidang STEM sudah cukup tinggi.

Misalnya untuk bidang Matematika, partisipasi perempuan di universitas mencapai 57,7 persen, kemudian untuk Kimia mencapai 66,8 persen, lalu untuk Kedokteran mencapai 73 persen. Serta untuk bidang Biologi partisipasi perempuan di dunia kampus mencapai 80,7 persen, dan bidang Farmasi mencapai 88 persen.

Namun demikian, meski partisipasi perempuan yang mengambil jurusan di bidang STEM tinggi saat di bangku kuliah, akan tetapi partisipasi tersebut menurun drastis saat masuk ke dunia profesional. Dimana dari data yang sama, hanya dua dari sepuluh perempuan memilih berkarir secara profesional. Dan hanya tiga dari sepuluh perempuan yang menjadi peneliti di dunia STEM.

“Hal tersebut dikarenakan 61 persen perempuan masih memikirkan stereotipe gender saat mencari kerja. Kemudian sebanyak 50 persen perempuan tidak tertarik berkarir di bidang STEM karena kuatnya sentimen dominasi laki-laki. Dan sebanyak 45 perempuan percaya bahwa STEM tidak sesuai untuk perempuan,” tambah Khofifah.

Oleh sebab itu, di era yang kian maju, Khofifah mendorong agar perempuan terus berkontribusi untuk negeri. Terlebih di era yang serba teknologi, kini perempuan tak lagi dibatasi dengan stigma bekerja harus meningggalkan kewajibannya sebagai istri maupun ibu dalam rumah tangga. Bekerja bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.

“Perempuan harus terus berpikiran maju dan bergerak maju. Perempuan tetap bisa menjaga harkat dan martabatnya tapi di sisi lain juga tetap bisa memberikan dedikasi dan kontribusi di bidang yang mereka gemari. Selamat Hari Perempuan Internasional,” pungkas Khofifah. (JM01)